Karpet Kehidupan

Karpet Kehidupan

Ya Allah…

Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu

Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu

Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku

Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu

Kamis, 31 Oktober 2013

Sayup Sayup itu, Adalah Suara Kucing Yang Kudengar

Kukira aku mendengar suatu suara …
Mataku tak berkedip lima detik, mencoba memahami suara yang barusan kudengar, seketika itu bulu kudukku ikut berdiri. Kudengar beberapa kali. Tetap suara itu bertempo sama dengan irama yang sama. Suaranya terdengar lembut, penuh rayuan, dan sarat makna. Ya, begitulah yang  kudengar, suara itu seperti memanggil-manggil sesuatu. Tapi apa? memanggil siapa? Dan kenapa malam-malam seperti ini?
Malam itu semua orang sudah terlelap. Hanya aku yang kini membelalakkan mata dan telinga mendengarkan alunan suara itu. Jangkrik yang tiap malam menemaniku malam ini juga terdengar mengikuti nada-nada dari suara itu.
Aku mulai tertidur, tapi satu jam kemudian aku kembali terbangun seolah ada yang membangunkanku. Suara itu lagi, suara penuh tangisan itu kembali terdengar dan semakin syahdu …Wahai pemilik suara, apa yang terjadi denganmu? Adakah yang mengganggumu?
Kucing rumah milik tetangga. suara kucing itu, Sungguh menyita dan menyayat hati. Kenapa dia mengeong seperti itu ya? apa dia melihat sesuatu? Ahya, bukankah kucing bisa melihat makhluk halus? apa dia melihat hantu?  hiiii… kenapa aku malah mikir yang nggak-nggak?
“Meooong… eong… meoong….”
Kuhela napas, mencoba menghapus helai demi helai kegelisahan dengan membaca doa. Kucing tetangga itu biasanya duduk di samping jendela dapur sambil mengelus dua anaknya. Tapi jangan tanyakan bagaimana tingkahnya kalau melihat makanan. Beberapa minggu lalu, lauk yang baru aku beli hilang. Belum lagi saat Bundaku datang dari kampung beberapa waktu lalu memberikan bolu, ketika aku silap bolu itu lenyap. Di waktu lain sampah dapur yang biasanya aku letak di plastik karena belum punya tong sampah, pasti sudah berserakan di sepanjang dapur ukuran 3×3 meter itu.
Kalau anda sepintas melihat kucing itu pastilah akan memujinya. bulunya putih bersih, di kepala dan bahunya terdapat bulu yang berwarna hitam bercampur sedikit warna coklat keemasan. Anaknya juga demikian. Suara kucing itu juga bagus kalau mengeong. Tapi kalau sudah lihat tingkahnya pastilah anda memakinya. Seperti bu Marni, pemilik kucing itu yang begitu sebal melihat kucing itu tidur dengan nyenyaknya di sofa yang baru saja bersihkan lalu yang kemudian bau pesing.
Kadang juga aku geram dengan induk dan anak itu. Tapi aku sadar kalau kucing adalah hewan dan akan tetap menjadi hewan, dia tidak akan pernah mengerti apa yang kita ucapkan. Suatu hari, Dini, teman sekamarku mengurung kucing itu di kamar mandi dan memarahi dari balik pintu karena cumi-cumi yang dimasaknya ludes di santap pencuri ini, hampir 15 menit mengomel tidak henti, hingga suara meongan yang awalnya terdengar kini tak terdengar lagi, tak ada perlawanan dari dalam kamar mandi. Saat kamar mandi dibuka, mata Dini dan teman-teman lain melebar layaknya mulut mereka yang menganga, ternyata si kucing sudah lama tak di kamar mandi, dia sudah melarikan diri lewat jendela yang terbuka di dekat bak. Dini lemas lunglai karena ternyata dia tadi bicara sendiri.
***
Pagi hari tiba, matahari juga mulai melaksanakan kewajibannya menyinari bumi. Ku geser gorden agar cahaya matahari masuk ke kamarku. Lalu berlarianlah kini pikiranku menangkap keindahan pagi dari sang Pencipta, udara segar, sapaan bunga-bunga kecil yang berada tepat di samping kamarku dan tarian angin yang membuatku tersenyum.
Pagi itu pula aku mulai mencari sesuatu di perkarangan belakang layaknya detektif yang mencari bukti atas suatu kejadian. Celengak-celenguk. Semua penjuru mata angin sudah kulihat, tetap tak ada yang mencurigakan, eh, tapi apa itu?
Sebuah embar besar yang tak terpakai lagi berisi air hujan di sudut halaman. Bukan embernya yang menarik perhatianku, tapi isi di dalamnya. Ada anak kucing di ember itu. Dia tampak diam, tidak bergerak, kaku dan mengapung. Innalillahi wainnailaihi rajiun.
Kurasa suara yang kudengar semalam adalah suara induk dari kucing yang mati ini. Ternyata anaknya mati. Segera aku ambil sarung tangan dan mengangkat anak kucing itu dari ember, kugali lubang kecil untuk menguburkannya di sudut halaman. Induk itu datang mendekatiku dengan mengeluarkan suara seperti semalam. Kau pasti sedih ya kucing kehilangan satu anakmu… eh, tapi anak yang satu lagi mana?
“Meongg… eong…” Induk kucing itu terus mengeong dan menatapku. Tatapan yang berbeda dengan tatapan saat aku geram kalau mengambil lauk punyaku yang tiada arti dan tiada rasa bersalah. Tapi tatapan yang ini baru kali ini aku lihat dari seekor hewan. Apa kau ingin mengatakan sesuatu? Induk kucing lalu berjalan menjauh seolah ingin mengajakku ke suatu tempat menuju pagar halaman belakang. kuikuti dari belakang. Rerumputan yang tak beraturan, semak-semak yang lebat menyapaku. Jarang sekali aku ke sini. Hanya ada jalan setapak yang jarang dilalui pejalan, tak ada satupun rumah yang berdiri, hanya kebun dan hutan belantara.
Hampir 3 meter berjalan dari pagar ia mendekati sesuatu yang berada dekat parit dan mengeong seolah menyuruhku untuk melihat juga. Ada sejumlah lalat yang mengitari dan bau yang tak mengenakkan, kucipitkan mata, ternyata seekor anak kucing sudah tergeletak di dekat parit dengan kaki dan tangan yang penyet, sepertinya ia tertabrak motor di jalan setapak ini. Oh, ternyata begitu. Kau semalam bersuara aneh karena kau sedih melihat anak-anakmu sudah tiada. Kau memanggil mereka dengan suara yang membuatku merinding, ternyata suara kasih sayang seorang induk.
Segera kuambil anak kucing itu dan menguburkannya di samping saudaranya yang tadi kukubur, sebelum itu aku juga telah membersihkan lukanya, walau sebenarnya aku agak geli memegangnya karena sudah ada binatang yang bergerak-gerak di sebagian tubuh kucing malang itu, sepertinya dia telah mati sehari atau 2 hari yang lalu. Usai mengubur, ku tatap induk kucing, masih ada tatapan kesedihan di matanya. Ku lihat ia sekarang mulai mengelus tanah kuburan anaknya dengan pipinya.
Ya Allah. Kucing, kau memang tak punya akal, tapi kau punya naluri kasih sayang. Bagaimana dengan aku yang punya akal dan naluri, seharusnya aku bisa lebih baik dan bersyukur pada Tuhan. Aku jadi ingat orang tuaku, kasih sayangnya juga begitu besar padaku. Tak banyak yang diinginkannya dariku, hanya ingin aku sukses dan bahagia. Aku belajar darimu, induk kucing.

Rabu, 16 Oktober 2013

Balada Bangsaku



Berpuluh-puluh tahun  engkau bersajak dengan makna merdeka
Meyakini kedamaian dan kesejahteraan sejati itu
hidup membawa masyarakatmu

Bambu runcing adalah bukti kesetiaan para pahlawan
Membela dan mempertahankanmu dalam terik matahari hingga kelamnya malam
Sejarah merangkumnya dalam celah waktu

Namun dalam perjalananmu yang panjang
Engkau seakan menjadi gamang menatap dirimu
Masalah dan laksaan yang tak kunjung jelas
Masyarakatmu terus menghirup ammonia
Perjalan dalam abad yang seakan tampak goyah

Keterpurukan dalam roda pemerintahan
Dapat dengan mudah tersuap oleh sekeping emas dan berlian
Hingga anak-anak itu kelaparan demi sesuap nasi
Hingga para orang tua menggerbek rezeki dipelantara
Oh Bangsaku…
Beginikah kesedihan itu
Oh beginikah
Yang slalu menghantuimu
Akankah  terbesit hal yang mengantarkan perjalanan derita ini berakhir
Dalam sudut panjang Balada bangsaku.

Minggu, 23 Desember 2012

Pengantar Sosiologi


Pengantar Sosiologi Dasar
Definisi Sosiologi
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
Pengantar Sosiologi Dasar
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu “socius” yang berarti ‘kawan atau teman’, sedangkan “logos” berarti ‘ilmu pengetahuan’. Sosiologi yang merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman dan logos dari kata Yunani yang berarti pengetahuan itu diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi sudah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya.
Pengantar Sosiologi Dasar
Sosiologi bertujuan mempelajari masyarakat yang meliputi: perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan jalan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte pada tahun 1842. Comte akhirnya dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya Émile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai sebuah disiplin akademis yang sistematis kritis.
Herbert Spencer mempublikasikan karyanya “Sociology” pada tahun 1876. Di Amerika, Lester F.Ward mempublikasikan “Dynamic Sociology”. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.
Tiga tahapan itu adalah:
1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan
hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif; yaitu tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte sendiri kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
a. Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
b. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
c. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
d. Max Weber memperkenalkan pendekatan pemahaman (‘verstehen’), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
Sosiologi adalah studi tentang kehidupan sosial manusia. Karena kehidupan sosial manusia sangat luas, sosiologi mempunyai banyak sub kajian. Mulai dari analisis percakapan antar-individu hingga teori pembangunan. Sosiologi bertujuan untuk memahami bagaimana kehidupan masyarakat di dunia berlangsung.
Sosiologi muncul pada abad ke-19 sebagai respon terhadap modernitas. Kemajuan teknologi dan meningkatnya mobilitas berpengaruh pada masyarakat dan kebudayaan yang berbeda dari sebelumnya. Ilmu Sosiologi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejak pertama kali dirumuskan oleh Auguste Comte, sosiologi terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Selain Auguste Comte, beberapa tokoh sosiologi awal adalah Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Ferdinand Toennies, Villreddo Pareti, dan tokoh lain. Para tokoh ini bukan hanya ahli dalam satu bidang, namun juga menguasai banyak bidang yang lain misalnya, politik, filsafat, ekonomi. Agama, pendidikan, teologi, dan berbagai bidang ilmu sosial yang lain. Kemampuan para sosiolog dalam berbagai macam bidang tersebut membuat kajian sosiologi semakin kaya.
Buku ini menyajikan berbagai tema dalam kajian sosiologi. Mulai dari sejarah, cabang-cabang sosiologi, hubungan sosiologi dengan cabang keilmuan sosial yang lain, hingga konsep-konsep kunci dalam mempelajari sosiologi. Keunggulan buku ini adalah bahasanya yang mudah diterima karena memang dimaksudkan sebagai buku pengantar.
Konsep, sifat, dasar dan unsur STRATIFIKASI SOSIAL

KONSEP (defenisi=arti, ciri-ciri, bentuk, klasifikasi)

Pengertian/defenisi:
• perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat
• pembedaan manusia secara vertikal-ELITE
• pelapisan social-bertingkat, hirarki
• pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara vertikal atau atas bawah. Contohnya seperti struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau supervisor di perusahaan tersebut.

Hakekat:
tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban.

Bentuk:
• Ekonomi
• Usia
• Status social
• Politik

Contoh:
Struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau supervisor di perusahaan tersebut.

SIFAT

1.BERSIFAT TERTUTUP (CLOSED STRATIFICATION) tidak bisa pindah ke status lain
Yaitu membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak ke atas maupun gerak kebawah, bila akan menjadi anggota biasanya berdasarkan kelahiran (contoh : Kasta dalam agama Hindu, Sistem Feodal, Sistem Rasial)

2. BERSIFAT TERBUKA (OPEN STRATIFICATION) bisa pindah ke status lain
Yaitu setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan , atau bagi mereka yang tidak beruntung untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya.

DASAR

Ada sesuatu yang dihargai:

Kekayaan Kekuasaan Pendidikan Kehormatan Kebangsawanan
-Uang -Jabatan: -Jenjang pendidikan: -Gelar: -Dt (Datuak)
-Istana Camat, Prof, Dr, Dekan Hj. H. -St (Sutan) -Bagindo

Bibit yang menumbuhkan stratifikasi yaitu barang yang dihargai misalnya: Uang, Harta benda, Tanah, Kekuasaan, Ilmu Pengetahuan.


Dasar stratifikasi:
Ekonomi/Kekayaan, Kekuasaan, Kehormatan, Ilmu pengetahuan

UNSUR

1.Kedudukan (Status)
Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok social

2.Peranan (Role)
Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

Konsep KELAS SOSIAL dan MOBILITAS SOSIAL
Dasar terbentuknya kelas sosial
Bentuk-bentuk mobilitas sosial

KONSEP

Pengertian KELAS SOSIAL:
o Sekelompok/semua orang yang sadar akan kedudukannya salam suatu lapisan yang sama.
o pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Pengertian MOBILITAS SOSIAL:
Perpindahan strata sosial orang/kelompok.

Faktor terbentuknya mobilitas sosial:
• Status sosial
• Keadaan politik
• Kondisi ekonomi
• Agama

Macam-macam mobilitas:
1. Horisontal
perubahan kedudukan atau posisi pada strata yang sama. Contoh: mutasi jabatan yang sama ditempat berbeda.
2. Vertikal
perubahan kedudukan atau status dari strata satu kestrata yang lebih tinggi atau rendah

Saluran mobilitas: ekonomi, pendidikan, keragaman, politik, militer.

DASAR TERBENTUK KELAS SOSIAL

 Kekayaanü
 Kekuasaanü
 Kehormatanü
 Ilmu Pengetahuanü

BENTUK-BENTUK MOBILITAS SOSIAL

1. Mobilitas Vertikal
pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda.

Mobilitas Vertikal naik memiliki dua bentuk ,yaitu sebagai berikut:

• Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Misalnya:seorang camat diangkat menjadi bupati.
• Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada.

Mobilitas Vertikal turun juga mempunyai dua bentuk sebagai berikut.

• Turunnya kedudukan seseorang kedudukan lebih rendah ,Misalnya, seseorang prajurit yang dipecat karena melakukan desersi.
• Tidak dihargai lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas,misalnya , seorang yang menjabat direktur bank,karena bank yang dipimpinya bermasalah maka ia diturunkan menjadi staf direksi.

2. Mobilitas Horizontal
perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan.

Ciri utama mobilitas horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan .Contohnya,tindakan mengevakuasi penduduk yang tertimpa bencana alam ke daerah lain.

3. Mobilitas Antargenerasi
perpindahan antara dua generasi atau lebih.

 Mobilitas Intergenerasi (perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya)Ê
perpindahan status sosial yang terjadi di antara beberapa generasi.
Contoh: anak tukang sepatu berhasil menjadi insinyur atau anak menteri yang menjadi pedagang kaki lima.

 Mobilitas Intragenerasi (dialami seseorang dalam masa hidupnya)Ê
perpindahan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama.
Contoh: status asisten dosen menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi.

Konsep STATUS dan PERAN
Ukuran dan jenis status
Istilah terkait dengan ststus dan peran (simbol status, multi status, konflik status, marginal status)

KONSEP

STATUS
• Tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok social.
• Aspek statis (tetap/tidak berubah)
• Factor status: motivasi

PERAN
• Aspek dinamis kehidupan (bisa berubah)/satuan keteraturan perilaku yang diharapkan dari individu

Status dan Peran tidak dapat dipisahkan karna selalu beriringan.
Contoh: selama masih dalam kampus sesuai jangka waktu mahasiswa (wisuda) tetap mahasiswa.

UKURAN STATUS


 Pendidikan/keahlian dan pengalamanÊ
 Kebangsawanan/keturunanÊ
 EkonomiÊ
 KehormatanÊ

JENIS STATUS

1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir.
Contoh: jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.

2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya.
Contoh: harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.

3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.
Contoh: seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

ISTILAH STATUS DAN PERAN

• Symbol status: tanda-tanda yang menunjukkan status seseorang baik berbentuk fisik/mimic wajah/kata-kata. Contoh: cara berpakaian, pergaulan, cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal.
• Konflik status: pertentangan yang terjadi pada diri seseorang bila memiliki status yang lebih.
• Marginal status: ketidaksesuaian keadaan seseorang dengan status yang ia miliki. Contoh: Sarjana jadi tukang ojek.
Konsep dan hakekat KEKUASAAN, WEWENANG dan KEPEMIMPINAN
Sumber dan unsur kekuasaan
Tipe wewenang dan sifat kepemimpinan

KONSEP

Kekuasaan(power): kemampuan yang ada pada orang/kelompok untuk mempengaruhi pihak lain supaya menuruti kehendaknya baik dengan cara persuasi maupun koersif

Wewenang: kekuasaan yang diakui oleh masyarakat-HAK/ Bila kekuasaan itu melembaga dan di akui masyarakatnya/kekuasaan yang memiliki keabsahan ( legitime power )

Kepemimpinan: suatu kemampuan dari seseorang (leader) untuk mempengaruhi orang lain sebagai fihak yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya, sehingga mereka bertingkah-laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

SUMBER kekuasaan:

o materi
o pengetahuan
o hukum
o wibawa/charisma

UNSUR kekuasaan:

o rasa takut (menimbulkan suatu kepatuhan)
o rasa cinta (menghasilkan perbuatan positif/menyenangkan semua pihak)
o kepercayaan (percaya pada penguasa-asosiatif/untuk kelanggengan suatu kekuasaan)
o pemujaan atau sugesti (tindakan penguasa dibenarkan/setidak-tidaknya dianggap benar)

TIPE wewenang:

o Wewenang resmi
o Wewenang tidak resmi
o Wewenang pribadi dan teritorial
o Wewenang terbatas dan menyeluruh
o Kharisma tradisional dan rasional

Tiga macam wewenang:

a. Wewenang kharismatik, merupakan wewenang yang dimiliki oleh seseorang karena kharisma kepribadiannya.
b. Wewenang tradisional, merupakan wewenang yang bersumber dari tradisi masyarakatnya yang berbentuk kerajaan
c. Wewenang rasional,merupakan wewenang yang berlandaskan sistem yang berlaku.

SIFAT kepemimpinan:

1. Resmi: kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan.
2. Tidak resmi: kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.

Konsep dan sumber PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Arah perubahan sosial budaya

KONSEP

Perubahan social (Social Change)
• Perubahan yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial manusia dan masyarakat yang mempengaruhi system social, nilai, sikap, serta perilaku individudan kelompoknya.
• Perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi dan modernisasi.
Contoh: perkembangan ilmu pengetahuan ternyata juga berpengaruh pada perubahan ekonomi, politik, agama, dan gaya hidup manusia, Beranekanya aksesoris jilbab memancing pedagan untuk berbisnis itu.

Faktor social change:
-Internal
Invention, discovery, penafsiran baru, atau rasa tidak puas terhadap keadaan
Perubahan struktur
-Eksternal
Perang, imperialisasi, kolonisasi
Ekspansibudaya, dll

Bentuk perubahan:
-Evolusi (lambat): memerlukan waktu lama, perubahannya kecil, perubahan tidak disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan kekerasan.
Contoh: perubahan mata pencaharian masyarakat
-Revolusi (cepat): membutuhkan waktu singkat, perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, perubahan disadari/direncanakan, seringkali diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik.
Contoh: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revolusi industri Perancis dan Inggris.

Sifat Perubahan Sosial
o terjadi dimana saja dan setiap lapisan masyarakat
o yang direncanakan dan tidak direncanakan.
o sering menghasilkan kontroversi, atau perubahan yang terjadi dalam suatu bidang akan selalu memunculkan bantahan dan konflik dengan paihak lain.
o beberapa perubahan memiliki nilai kepentingan lainnya.

Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial
a. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada, sehingga timbul keinginan untuk mencari atau menciptakan situasi baru yang lebih baik.
b. Timbuknya ketimpangan antara hal-hal yang sekarang ada dan yang seharusnya ada dimasyarakat.
c. Timbul tekanan dari luar yang mengharuskan individu atau masyarakat untu menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Perubahan budaya (Cultural Change)
Terjadinya perubahan pada salah satu unsur, dia tidak mempengaruhi unsur yang lain dalam masyarakat.
Perubahan fenomena kultural seperti ide, pengetahuan, pemahaman keagamaan, kratifitas budi, dan aspek estetika manusia
Contoh: kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Bahasa gaul “Coy, Bro, Sist” tidak mempengaruhi unsur lain.

SUMBER
Internal “Inovasi” “Revolusi” “Konflik” “Anomi”
Eksternal:
Indonesia dijajah Belanda (peperangan)
Banjir/kebakaran (bencana alam)
Pengaruh budaya masyarkat lain (kebudayaan luar)

ARAH PERUBAHAN (terkait waktu dan tempat)

1. Linear (bertahap jangka waktu lama)
2. Siklus (berulang)
3. Dialektik (penuh konflik)
4. Center of pheripheri

Konsep dan jenis PENGENDALIAN SOSIAL
Pendekatan pengendalian sosial
Lembaga pengendalian social

KONSEP

Pengertian:
upaya untuk mewujudkan kondisiseimbang didalam masyarakat/suatu cara dan proses, baik yang terencana ataupun tak terencana, dalam upaya manusia untuk mengendalikan individu, kelompok, ataupun masyarakat untuk dapat berperilaku selaras atau sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.

Bentuk pengendalian social:
o Gossip (orang atau lembaga yang terkena gosip akan berusaha memperbaiki tingkah lakunya, jika tidak, maka orang atau lembaga tersebut akan dicemooh, dikucilkan, dan merasa terisolir dalam kehidupan bermasyarakatnya)
o Teguran (dilakukan secara langsung kepada pelaku tindak penyimpangan agar pelaku tindak penyimpangan tersebut menyadari perbuatannya dan dapat segera menghentikan tingkah laku menyimpangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku)
o Sanksi/hukuman (memberikan efek jera kepada pelaku penyimpangan sosial dan memberikan contoh kepada pihak lain agar tidak ikut melakukan perbuatan menyimpang (schock theraphy)
o Pendidikan dan agama (mengarahkan dan membentuk sikap mental anak didik sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan memberi pengertian akan hal yang baik dan hal yang buruk melalui pendekatan ilmiah dan logika)

JENIS

1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaannya
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi tiga, berikut ini.
a. Tindakan preventif; yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. Contohnya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait tentang bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari pemakaian narkoba.
b. Tindakan represif; yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Contohnya guru memberi hukuman kepada siswa yang terlambat dan tidak tertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan penyimpangan siswa tidak berulang lagi.
c. Tindakan kuratif; tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu memperbaiki kehidupannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya. Contohnya memasukkan para pencandu narkoba ke tempat rehabilitasi untuk mendapatkan pembinaan agar para pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya kembali

2. Berdasarkan Sifatnya

a. Pengendalian internal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh penguasa atau pemerintah sebagai pemegang kekuasaan (the rulling class) untuk menjalankan roda pemerintahannya melalui strategi-strategi politik. Strategi-strategi politik tersebut dapat berupa aturan perundang-undangan ataupun program-program sosial lainnya.
b. Pengendalian eksternal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh rakyat kepada para penguasa. Hal ini dilakukan karena dirasa adanya penyimpanganpenyimpangan tertentu yang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pengendalian sosial jenis ini dapat dilakukan melalui aksi-aksi demonstrasi atau unjuk rasa, melalui pengawasan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau pun melalui wakil-wakil rakyat di DPRD.

3. Berdasarkan Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial
a. Tindakan persuasif; yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara pendekatan secara damai tanpa paksaan. Bentuk pengendalian ini, misalnya berupa ajakan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Contohnya seorang guru BP menasehati dan menghimbau kepada siswa untuk tidak merokok.
b. Tindakan coersif; yaitu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara pemaksaan. Dalam hal ini, bentuk pemaksaan diwujudkan dengan pemberian sanksi atau hukuman terhadap siapa saja yang melakukan pelanggaran sesuai dengan kadar penyimpangannya. Contohnya penertiban PKL secara paksa yang dilakukan oleh petugas Satpol PP.

4. Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial

a. Pengendalian pribadi; yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.
b. Pengendalian institusional; yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok pesantren.
c. Pengendalian resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.
d. Pengendalian tidak resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.

PENDEKATAN

a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok; misalnya anggota Kepolisian Sektor Pasanggrahan Jakarta Selatan mengawasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Kecamatan Pasanggrahan.
b. Pengendalian kelompok terhadap anggotanya; misalnya bapak/ibu guru di sekolah mengendalikan dan membimbing siswa/siswi yang belajar di sekolah itu.
c. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lain; misalnya seorang ayah yang mendidik dan merawat anaknya, atau seorang kakak yang menjaga adiknya.

LEMBAGA

o Kepolisian
o Pengadilan
o Adat
Konsep dan klasifikasi MASALAH SOSIAL
Ukuran sosiologi tentang masalah sosial
Beberapa masalah sosial penting

KONSEP

Pengertian: suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.

UKURAN SOSIOLOGI

1. Kriteria utama
Masalah social yaitu, tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai social dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama dan pokok dari masalah social adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata kehidupan. Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi.
Secara sosiologis, agak sulit untuk menentukan secara mutlak sampai sejauh mana kepincangan dalam masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai suatu problema social juga.

2. Sumber – sumber Sosial Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi sebab-sebab terpentingnya masalah social haruslah bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, akan tetapi juga pada sumbernya.
Kepincangan yang disebabkan oleh gempa bumi, angin topan, meletusnya api, banjir, epidemi dan segala sesuatunya yang disebabkan oleh alam, bukan merupakan maslah sosial.
Yang pokok disini adalah bahwa akibat dari gejala-gejala tersebut, baik gejala sosial maupun bukan sosial, menyebabkan masalah sosial. Inilah yang menjadi ukuran bagi sosiologi.

3. Pihak-pihak yang Menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah social atau tidak.
Ukuran diatas bersifat relative sekali. Mungkin dikatakan bahwa orang banyaklah yang harus menentukannya, atau segolongan orang yang berkuasa saja atau lain-lainnya. Dalam masyarakat merupakan gejala yang wajar jika sekelompok warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut. Golongan kecil tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari orang lain untuk membuat serta menentukan kebijaksanaan sosial.
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian diujikan pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu problema social atau tidak.

4. Manifest social problem dan latent social problem
Sosiologi juga merupakan warga karena itu tidak mustahil, kalau penelitian-penelitiannya kadangkala tercemar oleh unsur subyektif lantaran ikatan yang begitu kuat antara dia sebagai warga dengan masyarakat.
Manifest social problem merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan mana dikarenakan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang.

5. Perhatian masyarakat dan masalah social
Suatu kejadian merupakan masalah social belum tentu mendapat perhatian yang sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan masyarakat, belum tentu merupakan masalah social.
Hal lain yang perlu pula diketahui adalah bahwa semakin jauh jarak social antara orang-orang yang kemalangan dengan orang yang mengatahui hal itu, semakin kecil pula simpati timbul dan juga semakin kecil perhatian terhadap kejadian tadi.
Suatu problema yang merupakan manifest social problem adalah kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent social problem yang sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk menghadapinya. Dalam mengatasi problema tersebut, sosiologi seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam problema tersebut yang didasarkan pada system nilai-nilai masyarakat, sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan (atau dibatasi).

BEBERAPA MASALAH SOSIAL

1. Kemiskinan (tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sehingga muncul tunakarya, tuna susila dan lainnya.)
2. Kejahatan
3. Perpecahan keluarga
4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern (redikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis)
5. Peperangan
6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat (pelacuran, alkoholisme, homoseksualitas)
7. Birokrasi
8. Masalah lingkungan hidup
9. Masalah kependudukan

Senin, 06 Agustus 2012

Cinta Sejati

Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya? Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”. Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda? Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi. Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB). Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari. Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda? Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur. Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda. Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda. Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini? Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai: Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku? Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku. Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu. Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya. Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?” Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata: يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها. “Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559) Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1) Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri. Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi? Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini: الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره “Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya) Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata: كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ Setiap yang terlarang itu menarik (memikat). Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan: حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli. Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian: فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102 “Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102) Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap? Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu. Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya? Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه “Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih) Dan pada hadits lain beliau bersabda: إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره. “Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya) Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput. الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67 “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67) Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه “Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih) Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan. Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku. Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku… Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan. *** Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com Footnote: 1) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama’ terdahulu): مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ “Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama.”