Pengantar Sosiologi Dasar
Definisi Sosiologi
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
Pengantar Sosiologi Dasar
Sosiologi berasal dari bahasa Latin
yaitu “socius” yang berarti ‘kawan atau teman’, sedangkan “logos” berarti ‘ilmu pengetahuan’. Sosiologi yang merupakan sebuah istilah yang berasal dari
kata latin socius yang artinya teman dan logos dari kata Yunani yang berarti
pengetahuan itu diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De
Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi sudah muncul
sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya,
sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah
sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama
serta memiliki budaya.
Pengantar Sosiologi Dasar
Sosiologi bertujuan mempelajari
masyarakat yang meliputi: perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia
dengan jalan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut
mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
Istilah Sosiologi sebagai cabang
Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte
pada tahun 1842. Comte akhirnya dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya
Émile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis kemudian berhasil melembagakan
Sosiologi sebagai sebuah disiplin akademis yang sistematis kritis.
Herbert Spencer mempublikasikan
karyanya “Sociology” pada tahun 1876. Di Amerika, Lester F.Ward mempublikasikan
“Dynamic Sociology”. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat
dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sejak awal masehi hingga abad 19,
Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan
ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan
perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban
manusia.
Dalam buku itu, Comte menyebutkan
ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan
perkembangan dari tahap sebelumya.
Tiga tahapan itu adalah:
1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas
manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap
gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan
dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita
terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum
alam yang seragam.
3. Tahap positif; yaitu tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte sendiri kemudian membedakan
antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan
perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi
dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut
hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di
bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile
Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin
(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
Sosiologi.
a. Herbert Spencer memperkenalkan
pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia,
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu
sama lain.
b. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan
masyarakat.
c. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya
menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial.
d. Max Weber memperkenalkan pendekatan pemahaman (‘verstehen’), yang berupaya
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku
manusia.
Sosiologi adalah studi tentang
kehidupan sosial manusia. Karena kehidupan sosial manusia sangat luas,
sosiologi mempunyai banyak sub kajian. Mulai dari analisis percakapan
antar-individu hingga teori pembangunan. Sosiologi bertujuan untuk memahami
bagaimana kehidupan masyarakat di dunia berlangsung.
Sosiologi muncul pada abad ke-19
sebagai respon terhadap modernitas. Kemajuan teknologi dan meningkatnya
mobilitas berpengaruh pada masyarakat dan kebudayaan yang berbeda dari
sebelumnya. Ilmu Sosiologi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Sejak pertama kali dirumuskan oleh Auguste Comte, sosiologi terus mengalami
perkembangan hingga saat ini.
Selain Auguste Comte, beberapa tokoh
sosiologi awal adalah Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Ferdinand Toennies,
Villreddo Pareti, dan tokoh lain. Para tokoh ini bukan hanya ahli dalam satu
bidang, namun juga menguasai banyak bidang yang lain misalnya, politik, filsafat,
ekonomi. Agama, pendidikan,
teologi, dan berbagai bidang ilmu sosial yang lain. Kemampuan para sosiolog
dalam berbagai macam bidang tersebut membuat kajian sosiologi semakin kaya.
Buku ini menyajikan berbagai tema dalam kajian sosiologi. Mulai dari sejarah,
cabang-cabang sosiologi, hubungan sosiologi dengan cabang keilmuan sosial yang
lain, hingga konsep-konsep kunci dalam mempelajari sosiologi. Keunggulan buku
ini adalah bahasanya yang mudah diterima karena memang dimaksudkan sebagai buku
pengantar.
Konsep, sifat, dasar dan unsur STRATIFIKASI SOSIAL
KONSEP (defenisi=arti, ciri-ciri, bentuk, klasifikasi)
Pengertian/defenisi:
• perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat
• pembedaan manusia secara vertikal-ELITE
• pelapisan social-bertingkat, hirarki
• pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara vertikal atau atas
bawah. Contohnya seperti struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada
pada strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau
supervisor di perusahaan tersebut.
Hakekat:
tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
Bentuk:
• Ekonomi
• Usia
• Status social
• Politik
Contoh:
Struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada strata / tingkatan
yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau supervisor di perusahaan
tersebut.
SIFAT
1.BERSIFAT TERTUTUP (CLOSED STRATIFICATION) tidak bisa pindah ke status lain
Yaitu membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain, baik gerak ke atas maupun gerak kebawah, bila akan menjadi anggota
biasanya berdasarkan kelahiran (contoh : Kasta dalam agama Hindu, Sistem
Feodal, Sistem Rasial)
2. BERSIFAT TERBUKA (OPEN STRATIFICATION) bisa pindah ke status lain
Yaitu setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan
kecakapan sendiri untuk naik lapisan , atau bagi mereka yang tidak beruntung
untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya.
DASAR
Ada sesuatu yang dihargai:
Kekayaan Kekuasaan Pendidikan Kehormatan Kebangsawanan
-Uang -Jabatan: -Jenjang pendidikan: -Gelar: -Dt (Datuak)
-Istana Camat, Prof, Dr, Dekan Hj. H. -St (Sutan) -Bagindo
Bibit yang menumbuhkan stratifikasi yaitu barang yang dihargai misalnya: Uang,
Harta benda, Tanah, Kekuasaan, Ilmu Pengetahuan.
Dasar stratifikasi:
Ekonomi/Kekayaan, Kekuasaan, Kehormatan, Ilmu pengetahuan
UNSUR
1.Kedudukan (Status)
Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok social
2.Peranan (Role)
Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.
Konsep KELAS SOSIAL dan MOBILITAS SOSIAL
Dasar terbentuknya kelas sosial
Bentuk-bentuk mobilitas sosial
KONSEP
Pengertian KELAS SOSIAL:
o Sekelompok/semua orang yang sadar akan kedudukannya salam suatu lapisan yang
sama.
o pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang
berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang
sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau
lebih rendah.
Pengertian MOBILITAS SOSIAL:
Perpindahan strata sosial orang/kelompok.
Faktor terbentuknya mobilitas sosial:
• Status sosial
• Keadaan politik
• Kondisi ekonomi
• Agama
Macam-macam mobilitas:
1. Horisontal
perubahan kedudukan atau posisi pada strata yang sama. Contoh: mutasi jabatan
yang sama ditempat berbeda.
2. Vertikal
perubahan kedudukan atau status dari strata satu kestrata yang lebih tinggi
atau rendah
Saluran mobilitas: ekonomi, pendidikan, keragaman, politik, militer.
DASAR TERBENTUK KELAS SOSIAL
Kekayaanü
Kekuasaanü
Kehormatanü
Ilmu Pengetahuanü
BENTUK-BENTUK MOBILITAS SOSIAL
1. Mobilitas Vertikal
pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada
lapisan sosial yang berbeda.
Mobilitas Vertikal naik memiliki dua bentuk ,yaitu sebagai berikut:
• Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih
tinggi, dimana status itu telah tersedia. Misalnya:seorang camat diangkat
menjadi bupati.
• Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial
yang sudah ada.
Mobilitas Vertikal turun juga mempunyai dua bentuk sebagai berikut.
• Turunnya kedudukan seseorang kedudukan lebih rendah ,Misalnya, seseorang
prajurit yang dipecat karena melakukan desersi.
• Tidak dihargai lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas,misalnya ,
seorang yang menjabat direktur bank,karena bank yang dipimpinya bermasalah maka
ia diturunkan menjadi staf direksi.
2. Mobilitas Horizontal
perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak
mengalami perubahan .Contohnya,tindakan mengevakuasi penduduk yang tertimpa
bencana alam ke daerah lain.
3. Mobilitas Antargenerasi
perpindahan antara dua generasi atau lebih.
Mobilitas Intergenerasi (perbedaan
status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya)Ê
perpindahan status sosial yang terjadi di antara beberapa generasi.
Contoh: anak tukang sepatu berhasil menjadi insinyur atau anak menteri yang
menjadi pedagang kaki lima.
Mobilitas Intragenerasi (dialami
seseorang dalam masa hidupnya)Ê
perpindahan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama.
Contoh: status asisten dosen menjadi guru besar atau dari perwira pertama
menjadi perwira tinggi.
Konsep STATUS dan PERAN
Ukuran dan jenis status
Istilah terkait dengan ststus dan peran (simbol status, multi status, konflik
status, marginal status)
KONSEP
STATUS
• Tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok social.
• Aspek statis (tetap/tidak berubah)
• Factor status: motivasi
PERAN
• Aspek dinamis kehidupan (bisa berubah)/satuan keteraturan perilaku yang
diharapkan dari individu
Status dan Peran tidak dapat dipisahkan karna selalu beriringan.
Contoh: selama masih dalam kampus sesuai jangka waktu mahasiswa (wisuda) tetap
mahasiswa.
UKURAN STATUS
Pendidikan/keahlian dan pengalamanÊ
Kebangsawanan/keturunanÊ
EkonomiÊ
KehormatanÊ
JENIS STATUS
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir.
Contoh: jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras
dan usaha yang dilakukannya.
Contoh: harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena
usaha dan kepercayaan masyarakat.
Contoh: seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan
sebagainya.
ISTILAH STATUS DAN PERAN
• Symbol status: tanda-tanda yang menunjukkan status seseorang baik berbentuk
fisik/mimic wajah/kata-kata. Contoh: cara berpakaian, pergaulan, cara mengisi
waktu senggang, memilih tempat tinggal.
• Konflik status: pertentangan yang terjadi pada diri seseorang bila memiliki
status yang lebih.
• Marginal status: ketidaksesuaian keadaan seseorang dengan status yang ia
miliki. Contoh: Sarjana jadi tukang ojek.
Konsep dan hakekat KEKUASAAN, WEWENANG dan KEPEMIMPINAN
Sumber dan unsur kekuasaan
Tipe wewenang dan sifat kepemimpinan
KONSEP
Kekuasaan(power): kemampuan yang ada pada orang/kelompok untuk mempengaruhi
pihak lain supaya menuruti kehendaknya baik dengan cara persuasi maupun koersif
Wewenang: kekuasaan yang diakui oleh masyarakat-HAK/ Bila kekuasaan itu
melembaga dan di akui masyarakatnya/kekuasaan yang memiliki keabsahan (
legitime power )
Kepemimpinan: suatu kemampuan dari seseorang (leader) untuk mempengaruhi orang
lain sebagai fihak yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya, sehingga mereka
bertingkah-laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
SUMBER kekuasaan:
o materi
o pengetahuan
o hukum
o wibawa/charisma
UNSUR kekuasaan:
o rasa takut (menimbulkan suatu kepatuhan)
o rasa cinta (menghasilkan perbuatan positif/menyenangkan semua pihak)
o kepercayaan (percaya pada penguasa-asosiatif/untuk kelanggengan suatu
kekuasaan)
o pemujaan atau sugesti (tindakan penguasa dibenarkan/setidak-tidaknya dianggap
benar)
TIPE wewenang:
o Wewenang resmi
o Wewenang tidak resmi
o Wewenang pribadi dan teritorial
o Wewenang terbatas dan menyeluruh
o Kharisma tradisional dan rasional
Tiga macam wewenang:
a. Wewenang kharismatik, merupakan wewenang yang dimiliki oleh seseorang karena
kharisma kepribadiannya.
b. Wewenang tradisional, merupakan wewenang yang bersumber dari tradisi
masyarakatnya yang berbentuk kerajaan
c. Wewenang rasional,merupakan wewenang yang berlandaskan sistem yang berlaku.
SIFAT kepemimpinan:
1. Resmi: kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan.
2. Tidak resmi: kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan kemampuan
seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Konsep dan sumber PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Arah perubahan sosial budaya
KONSEP
Perubahan social (Social Change)
• Perubahan yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial manusia dan masyarakat
yang mempengaruhi system social, nilai, sikap, serta perilaku individudan
kelompoknya.
• Perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa
kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi
dan modernisasi.
Contoh: perkembangan ilmu pengetahuan ternyata juga berpengaruh pada perubahan
ekonomi, politik, agama, dan gaya hidup manusia, Beranekanya aksesoris jilbab
memancing pedagan untuk berbisnis itu.
Faktor social change:
-Internal
Invention, discovery, penafsiran baru, atau rasa tidak puas terhadap keadaan
Perubahan struktur
-Eksternal
Perang, imperialisasi, kolonisasi
Ekspansibudaya, dll
Bentuk perubahan:
-Evolusi (lambat): memerlukan waktu lama, perubahannya kecil, perubahan tidak
disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan
kekerasan.
Contoh: perubahan mata pencaharian masyarakat
-Revolusi (cepat): membutuhkan waktu singkat, perubahannya besar karena menyangkut
sendi-sendi pokok kehidupan, perubahan disadari/direncanakan, seringkali
diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik.
Contoh: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revolusi
industri Perancis dan Inggris.
Sifat Perubahan Sosial
o terjadi dimana saja dan setiap lapisan masyarakat
o yang direncanakan dan tidak direncanakan.
o sering menghasilkan kontroversi, atau perubahan yang terjadi dalam suatu
bidang akan selalu memunculkan bantahan dan konflik dengan paihak lain.
o beberapa perubahan memiliki nilai kepentingan lainnya.
Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial
a. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada, sehingga timbul keinginan untuk
mencari atau menciptakan situasi baru yang lebih baik.
b. Timbuknya ketimpangan antara hal-hal yang sekarang ada dan yang seharusnya
ada dimasyarakat.
c. Timbul tekanan dari luar yang mengharuskan individu atau masyarakat untu
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Perubahan budaya (Cultural Change)
Terjadinya perubahan pada salah satu unsur, dia tidak mempengaruhi unsur yang
lain dalam masyarakat.
Perubahan fenomena kultural seperti ide, pengetahuan, pemahaman keagamaan,
kratifitas budi, dan aspek estetika manusia
Contoh: kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi,
dan filsafat. Bahasa gaul “Coy, Bro, Sist” tidak mempengaruhi unsur lain.
SUMBER
Internal “Inovasi” “Revolusi” “Konflik” “Anomi”
Eksternal:
Indonesia dijajah Belanda (peperangan)
Banjir/kebakaran (bencana alam)
Pengaruh budaya masyarkat lain (kebudayaan luar)
ARAH PERUBAHAN (terkait waktu dan tempat)
1. Linear (bertahap jangka waktu lama)
2. Siklus (berulang)
3. Dialektik (penuh konflik)
4. Center of pheripheri
Konsep dan jenis PENGENDALIAN SOSIAL
Pendekatan pengendalian sosial
Lembaga pengendalian social
KONSEP
Pengertian:
upaya untuk mewujudkan kondisiseimbang didalam masyarakat/suatu cara dan
proses, baik yang terencana ataupun tak terencana, dalam upaya manusia untuk
mengendalikan individu, kelompok, ataupun masyarakat untuk dapat berperilaku
selaras atau sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam
masyarakat.
Bentuk pengendalian social:
o Gossip (orang atau lembaga yang terkena gosip akan berusaha memperbaiki
tingkah lakunya, jika tidak, maka orang atau lembaga tersebut akan dicemooh,
dikucilkan, dan merasa terisolir dalam kehidupan bermasyarakatnya)
o Teguran (dilakukan secara langsung kepada pelaku tindak penyimpangan agar
pelaku tindak penyimpangan tersebut menyadari perbuatannya dan dapat segera
menghentikan tingkah laku menyimpangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku)
o Sanksi/hukuman (memberikan efek jera kepada pelaku penyimpangan sosial dan
memberikan contoh kepada pihak lain agar tidak ikut melakukan perbuatan
menyimpang (schock theraphy)
o Pendidikan dan agama (mengarahkan dan membentuk sikap mental anak didik
sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan
memberi pengertian akan hal yang baik dan hal yang buruk melalui pendekatan
ilmiah dan logika)
JENIS
1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaannya
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi
tiga, berikut ini.
a. Tindakan preventif; yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib
sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam
atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan
cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. Contohnya kegiatan penyuluhan
yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait tentang bahaya yang ditimbulkan sebagai
akibat dari pemakaian narkoba.
b. Tindakan represif; yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib
pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi
dapat dihentikan. Contohnya guru memberi hukuman kepada siswa yang terlambat
dan tidak tertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan penyimpangan
siswa tidak berulang lagi.
c. Tindakan kuratif; tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak
penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada
para pelaku penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu
memperbaiki kehidupannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi
kesalahannya. Contohnya memasukkan para pencandu narkoba ke tempat rehabilitasi
untuk mendapatkan pembinaan agar para pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya
kembali
2. Berdasarkan Sifatnya
a. Pengendalian internal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh penguasa
atau pemerintah sebagai pemegang kekuasaan (the rulling class) untuk
menjalankan roda pemerintahannya melalui strategi-strategi politik.
Strategi-strategi politik tersebut dapat berupa aturan perundang-undangan
ataupun program-program sosial lainnya.
b. Pengendalian eksternal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh rakyat
kepada para penguasa. Hal ini dilakukan karena dirasa adanya
penyimpanganpenyimpangan tertentu yang dilakukan oleh kalangan penguasa.
Pengendalian sosial jenis ini dapat dilakukan melalui aksi-aksi demonstrasi
atau unjuk rasa, melalui pengawasan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau pun
melalui wakil-wakil rakyat di DPRD.
3. Berdasarkan Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial
a. Tindakan persuasif; yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara
pendekatan secara damai tanpa paksaan. Bentuk pengendalian ini, misalnya berupa
ajakan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang. Contohnya seorang guru BP menasehati dan menghimbau kepada siswa
untuk tidak merokok.
b. Tindakan coersif; yaitu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan
cara pemaksaan. Dalam hal ini, bentuk pemaksaan diwujudkan dengan pemberian
sanksi atau hukuman terhadap siapa saja yang melakukan pelanggaran sesuai
dengan kadar penyimpangannya. Contohnya penertiban PKL secara paksa yang
dilakukan oleh petugas Satpol PP.
4. Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial
a. Pengendalian pribadi; yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh
tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.
b. Pengendalian institusional; yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya
suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya
mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga mengawasi dan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada.
Misalnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik
dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya.
Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak
hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di
sekitar pondok pesantren.
c. Pengendalian resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan
oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan sanksi yang jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat
negara, seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk
mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.
d. Pengendalian tidak resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan
tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun
demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi
atau mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang
diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain,
misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak
resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang
memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.
PENDEKATAN
a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok; misalnya anggota Kepolisian Sektor
Pasanggrahan Jakarta Selatan mengawasi keamanan dan ketertiban masyarakat di
Kecamatan Pasanggrahan.
b. Pengendalian kelompok terhadap anggotanya; misalnya bapak/ibu guru di
sekolah mengendalikan dan membimbing siswa/siswi yang belajar di sekolah itu.
c. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lain; misalnya seorang ayah yang
mendidik dan merawat anaknya, atau seorang kakak yang menjaga adiknya.
LEMBAGA
o Kepolisian
o Pengadilan
o Adat
Konsep dan klasifikasi MASALAH SOSIAL
Ukuran sosiologi tentang masalah sosial
Beberapa masalah sosial penting
KONSEP
Pengertian: suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat
terpenuhinya keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga
menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
UKURAN SOSIOLOGI
1. Kriteria utama
Masalah social yaitu, tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan
nilai-nilai social dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial.
Unsur-unsur yang pertama dan pokok dari masalah social adalah adanya perbedaan
yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata kehidupan.
Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat
tentang apa yang seharusnya terjadi.
Secara sosiologis, agak sulit untuk menentukan secara mutlak sampai sejauh mana
kepincangan dalam masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai suatu problema
social juga.
2. Sumber – sumber Sosial Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari
atau bersumber langsung kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi
sebab-sebab terpentingnya masalah social haruslah bersifat sosial. Ukurannya
tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, akan tetapi juga
pada sumbernya.
Kepincangan yang disebabkan oleh gempa bumi, angin topan, meletusnya api,
banjir, epidemi dan segala sesuatunya yang disebabkan oleh alam, bukan
merupakan maslah sosial.
Yang pokok disini adalah bahwa akibat dari gejala-gejala tersebut, baik gejala
sosial maupun bukan sosial, menyebabkan masalah sosial. Inilah yang menjadi
ukuran bagi sosiologi.
3. Pihak-pihak yang Menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah
social atau tidak.
Ukuran diatas bersifat relative sekali. Mungkin dikatakan bahwa orang banyaklah
yang harus menentukannya, atau segolongan orang yang berkuasa saja atau
lain-lainnya. Dalam masyarakat merupakan gejala yang wajar jika sekelompok
warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut. Golongan kecil tersebut
mempunyai kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari orang lain untuk membuat
serta menentukan kebijaksanaan sosial.
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian
diujikan pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah
yang menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu problema social atau tidak.
4. Manifest social problem dan latent social problem
Sosiologi juga merupakan warga karena itu tidak mustahil, kalau
penelitian-penelitiannya kadangkala tercemar oleh unsur subyektif lantaran
ikatan yang begitu kuat antara dia sebagai warga dengan masyarakat.
Manifest social problem merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat
terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan mana
dikarenakan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam
masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan yang
menyimpang.
5. Perhatian masyarakat dan masalah social
Suatu kejadian merupakan masalah social belum tentu mendapat perhatian yang
sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan
masyarakat, belum tentu merupakan masalah social.
Hal lain yang perlu pula diketahui adalah bahwa semakin jauh jarak social
antara orang-orang yang kemalangan dengan orang yang mengatahui hal itu,
semakin kecil pula simpati timbul dan juga semakin kecil perhatian terhadap
kejadian tadi.
Suatu problema yang merupakan manifest social problem adalah
kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki,
dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent social problem yang
sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat
tidak berdaya untuk menghadapinya. Dalam mengatasi problema tersebut, sosiologi
seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam problema tersebut yang
didasarkan pada system nilai-nilai masyarakat, sosiologi seharusnya mendorong
masyarakat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai
gejala abnormal yang mungkin dihilangkan (atau dibatasi).
BEBERAPA MASALAH SOSIAL
1. Kemiskinan (tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sehingga muncul tunakarya,
tuna susila dan lainnya.)
2. Kejahatan
3. Perpecahan keluarga
4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern (redikalisme, delinkuensi dan
sebagainya) dan sikap yang apatis)
5. Peperangan
6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat (pelacuran, alkoholisme,
homoseksualitas)
7. Birokrasi
8. Masalah lingkungan hidup
9. Masalah kependudukan